Rabu, 12 Maret 2008

The 'New' Perbanas


STIE Perbanas sejak awal pendiriannya (d/h AAP Perbanas) ditujukan untuk mengisi kebutuhan tenaga di sektor perbankan. Namun di dalam perjalanannya, STIE Perbanas mulai menjadi sekolah yang sifatnya umum. Dengan menjadi sekolah yang bersifat umum, membuat STIE Perbanas kesulitan memenangkan persaingan dengan perguruan tinggi yang bersifat umum lainnya seperti UI, UGM, ITB, IPB dll
Sesuai dengan permintaan Ketua Perbanas, Agus D.W. Martowardojo, pihak pengurus Yayasan Pendidikan Perbanas mengkaji ulang Sekolah Tinggi yang berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Perbanas. Kajian ini terutama meninjau dari sisi kekutan eksternal yang dimiliki STIE dan STIMIK Perbanas. Saat ini dinamika jasa pendidikan sangat tinggi. Sekolah yang tidak sanggup bersaing tidak akan dapat bertahan.

Pokok Pikiran Pembentukan ABFI

Income STIE Perbanas 98% didapat dari mahasiswa. Sekolah yang mengandalkan seluruh income-nya dari mahasiswa tidak akan maju. Karena itu, STIE dan Stimik Perbanas bila mau dipertahankan, tidak dapat mempertahankan bentuk yang sekarang. Perguruan tinggi lain, khususnya perguruan tinggi di luar negeri, income yang didapat dari mahasiswa hanya sekitar 50% dan 50% lainnya didapat dari industri.
Sebagai Sekolah Tinggi di bidang ekonomi, sebenarnya lembaga pendidikan ini bisa mendapatkan income lainnya dengan cara menjual berbagai jasa, seperti research yang dibutuhkan industri perbankan dan keuangan, misalnya mengani Risk Management.Selain dengan research, juga dengan memberikan materi/modul-modul kuangan dan perbankan kepada karyawan-karyawan bank. Hal ini sangat dimungkinkan karena adanya peraturan Bank Indonesia bahwa 5% dari biaya tenaga kerja di suatu bank adalah untuk pendidikan.
Saat ini karyawan-karyawan bank belajar di perguruan tinggi lain. Timbul pertanyaan, mengapa tidak ke STIE dan STIMIK Perbanas? Bila kita punya program yang sesuai dengan kebutuhan bank, kita dapat menawarkan program kita. Apalagi kampus Perbanas terletak di segitiga emas, lokasi yang strategis.
Bila STIE Perbanas bisa meningkatkan income-nya, tentunya roda pendidikan akan semakin baik. Income itu nantinya akan dikembalikan untuk kepentingan mahasiswa, berupa peningkatan kualitas dan fasilitas pendidikan, dan juga pengembangan program yang ada di kampus ini. Dengan adanya income dari industri perbankan, Perbanas dapat menekan biaya kuliah dan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang kurang mampu (cross subsidies).
Selama ini STIE Perbanas, dan perguruan tinggi yang bersifat umum lainnya, tidak menghasilkan lulusan yang siap kerja di bank sehingga pihak bank, sebelum memperkerjakan lulusan perguruan tinggi, harus memberikan training selama 9 bulan. Dalam pelatihan tersebut, mereka dididik menangani operasional bank. Mereka juga diajarkan akuntansi perbankan dan proses trading. Materi tersebut tidak diajarkan diperkuliahan. Akuntansi yang diajarkan di bangku kuliah adalah akuntansi umum, berbeda sekali dengan materi akuntansi di perbankan.
Bila dilakukan analisis SWOT sebenarnya STIE Perbanas memiliki kekuatan, peluang dan kelemahan sebagai berikut :

Strength (kekuatan)
STIE Perbanas dimiliki oleh Perbanas (Perhimpunan Bank-bank Nasional) yang anggotanya tidak hanya bank-bank swasta tetapi juga bank pemerintah seperti Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan juga seluruh Bank Pembangunan Daerah (BPD). Menurut rencana, yang termasuk anggota Perbanas nantinya bukan hanya bank-bank lokal tetapi juga bank asing.
Kekuatan ini perlu ditunjukkan STIE Perbanas, yang tujuan awal pendiriannya memang untuk mengisi kebutuhan tenaga di sektor perbankan.

Weakness (kelemahan)
Telah dilakukan survey/ wawancara kepada para eksekutif dari 10 Bank terbesar, antara lain Bank Niaga, Bank Permata, mengenai 10 perguruan tinggi yang masuk dalam daftar rekomendasi untuk penerimaan karyawan. Dalam daftar rekomendasi tersebut, nama STIE Perbanas tidak ada. Alasan tidak masuknya STIE Perbanas dalam rekomendasi karena dari segi kelulusannya dan juga dari kompetensi saat test, para fresh graduate dari STIE Perbanas ini tidak lulus pada ujian-ujian, baik yang bersifat umum maupun ujian khusus keuangan.
Selama ini perguruan tinggi di Indonesia, termasuk STIE Perbanas, tidak memiliki link dengan industri, sehingga begitu lulus dari STIE Perbanas, lulusannya bingung hendak kemana. Industri keuangan lebih menerima lulusan luar negeri. Padahal kemampuan mereka belum tentu lebih baik dari lulusan STIE Perbanas. Kelebihan mereka adalah adalam hal bahasa Inggris.

Opportunity (peluang)
Saat ini seluruh bank (baik bank asing, lokal, atau daerah) membutuhkan tenaga kerja kira-kira 20 ribu setiap tahunnya. Bila diambil 10% atau 8% nya saja, sudah merupakan jumlah yang sangat banyak.
Dengan mempertimbangkan opportunity tersebut, STIE Perbanas perlu fokus pada segmen tertentu. Segmen yang merupakan kompetensi Perbanas (mengingat jumlah anggota yang dimiliki cukup besar), yaitu industri keuangan. Dengan demikian perguruan tinggi di bawah naungan Perbanas mempunyai market share tersendiri. Lulusannya mempunyai peluang kerja yang pasti

Threat (Ancaman)
Beberapa perguruan tinggi yang baru berdiri seperti Universitas Pelita Harapan dan Universitas Bina Nusantara sudah maju sedemikian pesatnya dan menjadi sekolah favorit. Sebentar lagi perguruan tinggi asing juga akan masuk ke Indonesia, seperti Monash dan Cambridge. Bila kita tidak memperbaiki diri, kita akan ketinggalan/terlindas.

Mengingat beberapa hal tersebut di atas, pendirian ABFI harus saat ini. Bila tidak saat ini, akan terlambat.
Nantinya, bila telah menjadi ABFI, semua lulusan akan ditampung bekerja di bank. Pihak bank tentunya akan langsung menerima lulusan ABFI, bila kurikulum ABFI sudah sesuai atau mendekati standar yang digunakan oleh bank. Dengan kurikulum ABFI yang sesuai atau mendekati standar yang digunakan bank, maka perkuliahan di ABFI menjadi alternative bagi pelatihan karyawan bank yang biayanya besar sekali (sekitar 2,5 – 3 juta per orang/bulan). Dengan adanya ABFI Perbanas dapat menawarkan kerjasama sistem ijon kepada industri perbankan, yaitu mahasiswa (lulusan SMU yang diterima di ABFI) diberi beasiswa, dengan kewajiban bila lulus dari ABFI harus bersedia bekerja di bank pemberi beasiswa.

Nama ABFI Perbanas

Nama “Perbanas” akan tetap digunakan didepan atau dibelakang nama ABFI, karena “Perbanas” sudah memiliki brand image yang bagus. Namanya bisa ABFI Perbanas
Mengapa memakai nama Asean? Ketika krisis ekonomi maupun krisis moneter melanda beberapa negara Asia pada sekitar tahun 1997 dan selanjutnya, Indonesia termasuk negara dengan krisis terbesar dan terlengkap, dibandingkan dengan Korea dan Tahiland (karena jumlah bank di negara tersebut juga sedikit). Jadi bila ada yang membutuhkan studi kasus dapat mencari di sini.

Tidak ada komentar: